devinawistiasari on instagram |
Untukmu
ibu, wanita yang paling kucintai,
Terimakasih
telah memberikan kebahagiaan dalam hidupku
Bu,
Kebahgaianku
tak pernah terhitung bersamamu, pengorbananmu tak pernah lekang dimakan waktu.
Sekarang
ada seseorang yang memberikan definisi bahagia dengan versinya sendiri, bukan
berarti aku akan meninggalkan kebahagian bersamamu bu,
Kisah ini bermula saat semesta membiarkan kami
menghabiskan waktu dari pagi ke petang dalam beberapa episode. Menjajal cinta
yang tak direstui dari awal. Kami hanya bisa berjuang berdua Semenjak dunia tak
lagi ramah pada pasangan yang dianggap payah.
Bu,
Dia
memang bukan lelaki yang terlahir dari keluarga dengan status sosial tertinggi
atau keluarga yang sangat paham agama,namun dia lelaki yang pantang menyerah
dan selelu memberbaiki diri.
Menurutku
dia Lelaki yang mampu membimbingku. Lelaki yang mampu memperbaiki aku. Lelaki
yang menerimaku dengan semua burukku. Lelaki yang bisa menerima kekuranganku.
Lelaki yang mampu menyempurnakan aku.
Bu
Aku
pun bukan wanita terbaik, karena masih banyak wanita terbaik lainnya. Aku bukan
wanita cerdas tapi aku berusaha mencerdaskan diri. Berusaha memantaskan diriku
untuk menjadi cinta yang berkelas untuknya
Bohong
jika dalam semogaku tak pernah sekalipun mengaminkan namanya,bu
Cinta
tak direstui itu cinta penuh tantangan, kami diuji seberapa lama kami bisa
mempertahankan hubungan. Dari banyaknya ketakuatan, "tak direstui"
menjelma sebagai penikam hati paling menyakitkan. Dibutuhkan ketegaran di atas
rata-rata untuk menerima kondisi ini. Dia hebat bu, jika aku sendiri mungkin
sudah menyerah namun dia berjuang begitu parah. Berkali aku menyerah beribu
kali dia memberi semangat.
Bu, Mengapa aku bilang dia hebat?
Kami
diuji oleh keluarga kami sendiri,kami dijatuhkan lalu ditenggelamkan dan tak
jarang ibu sendiri ikut berpartisipasi membangun dinding pemisah antara kami.
Bu,
Di sepanjang perjalanan yang melelahkan ini, terkadang sebagaian orang memilih
untuk singgah, namun dia tidak pernah berfikir seperti itu, karena dia tau
rumah tujuan dia pulang, dia tau rumah adalah tempat ternyaman untuk
beristirahat, maka buat apa buang-buang waktu melepas penat di tempat yang
lain, toh rumah tujuan sudah di depan mata. Dan dia bilang aku adalah rumah.
Bu,
aku tak pernah membicarakan kebaikanya padamu, karena aku percaya dia memiliki
cara sendiri untuk mengenalkan dirinya padamu. Lihatlah secara langsung
tatakramanya bu, bagaimana dia berbicara, lihatkan bagaimana dia terjatuh lalu
bangkit kembali, bagaimana cara dia tertawa lepas, lihatlah saat dia menangis
karenaku bu tengoklah sedikit bagaimana dia memperlakukan gadis kecilmu ini bak
seorang ratu.
Bukankan
kebahagianku adalah bahagiamu juga?
Bu
bolehkah sekarang dia memanggilmu, ibu?
No comments:
Post a Comment