Prestasi
bulutangkis Indonesia di sektor tunggal putri saat ini seolah
sedang mati suri. Sejak sang legenda bulutangkis tunggal putri
Indonesia Susi Susanti memutuskan untuk gantung raket, sektor tunggal putri seakan kehilangan penerus dalam meraih prestasi di tingkat Internasional.
Tongkat
estafet dalam meraih prestasi di sektor tunggal putri sempat berada pada Mia Audina. Seorang
pemain yang memiliki bakat dan kemampuan menonjol pada saat itu. Sebagai
seorang atlet,
prestasi Mia Audina memang belum menyamai apa yang telah diraih seniornya.
Prestasi tertinggi yang diberikan oleh Mia untuk Indonesia adalah peraihan
medali perak di ajang Olimpiade Atlanta 1996. Setelah Mia Audina memutuskan
untuk berpindah kewarganegaraan, prestasi bulutangkis Indonesia di nomor
tunggal putri seolah semakin tenggelam.
Harapan
akan kejayaan Indonesia pada sektor tunggal putri sempat
kembali hidup saat Indonesia memiliki pemain tunggal putri potensial dalam diri
Maria Kristin. Pada Olimpiade Beijing 2008, Maria berhasil mempersembahkan
medali perunggu untuk Indonesia setelah menumbangkan wakil China, Lu Lan, dengan skor 13
– 21,
21 – 13,
21 – 15.
Prestasi yang diraih Maria Kristin saat itu terhitung sangat
fantastis, mengingat tidak ada pemain tunggal putri yang mampu mencapai babak
semifinal sejak Mia melakukannya
di tahun 1996. Pemain asal Kota Tuban yang berlatih bersama Klub PB Djarum ini
sempat memberi asa bagi kembalinya kejayaan bulutangkis Indonesia pada sektor tunggal
putri. Namun,
harapan itu kembali pupus saat cedera lutut panjang membuat Mia harus gantung raket
dan pensiun lebih awal.
Perjuangan
sektor
tunggal putri bulutangkis
Indonesia sampai saat ini belum sampai mengembalikan
kejayaan masa lalu. Dominasi dan peningkatan prestasi yang diraih atlet negara
lain membuat sektor tunggal putri Indonesia harus berjuang
lebih keras lagi. Di peringkat teratas dunia nomor tunggal putri disandang oleh
pemain Taiwan, Tai Tzu Ying. Sedangkan untuk pemain Indonesia, ranking terbaik ada di urutan ke 24 yang disandang oleh Gregoria Mariska
Tunjung.
Proses
regenerasi memang bukan sebuah proses yang mudah dan instan. Diawali dari
pencarian bakat yang memiliki potensi alamiah, proses pembinaan dan pelatihan,
jam terbang dalam menjalani pertandingan, hingga faktor mental yang tidak kalah
penting untuk menjadi seorang juara dunia. Semua hal tersebut seolah menjadi
satu kesatuan utuh yang harus dilalui untuk mencetak seorang juara dunia.
Perjalanan
panjang untuk menjadi seorang juara dunia memang tidak mudah. Berkaca pada
kesuksesan Kevin Sanjaya yang kini menjadi pemain ganda putra terbaik dunia,
perjalanan ke puncak merupakan sebuah perjalanan yang panjang dan melelahkan.
Bagi Kevin, dibutuhkan waktu sepuluh tahun untuk sampai puncak karir sebagai
seorang pemain bulutangkis dunia.
Harapan
akan kejayaan sektor tunggal putri memang belum sepenuhnya musnah. Nama-nama seperti Gregoria Tunjung, Ruselli Hartawan, Lyanny Mainaky, Yulia
Susanto, dan Choirunissa sedang berjuang memberikan kemampuan terbaik mereka di setiap pertandingan untuk mengembalikan kejayaan sektor tunggal putri
bulutangkis Indonesia. Namun bila melihat faktor usia, ketatnya persaingan dan
apa yang menjadi pengalaman Kevin Sanjaya dalam meraih prestasi tertinggi, boleh
dibilang cukup adil bahwa untuk saat ini prestasi sektor tunggal putri masih
harus bersabar dalam mencapai kejayaan.
Minimnya
prestasi pada sektor tunggal putri memang menjadi perhatian seluruh pecinta
bulutangkis di Indonesia. Bagi PBSI dan klub-klub bulutangkis yang ada
di Indonesia,
hal ini menjadi perhatian serius dan menjadi pekerjaan rumah yang masih belum
dapat diselesaikan. Berkurangnya minat generasi muda Indonesia
terhadap olahraga bulutangkis pun sedikit-banyak mempengaruhi
proses regenerasi atlet putri berbakat yang memiliki potensi menjadi juara
dunia.
Ditengah proses
regenerasi atlet tunggal putri yang terkesan lambat, seorang atlet tunggal
putri junior cukup menarik perhatian belakangan ini. Namanya Mutiara Ayu
Puspitasari, atlet binaan Klub PB Djarum yang memiliki potensi
prestasi untuk sektor
tunggal putri. Perempuan
muda kelahiran Ngawi, 17 Mei 2006, ini baru saja pada tahun 2019 ini meraih
beberapa prestasi yang cukup membanggakan sebagai seorang pemain junior. Di
usia 15 tahun, Mutiara meraih gelar juara di ajang Jakarta Junior International
Series 2019 kategori tunggal putri.
Selain di ajang tersebut, Mutiara juga menjadi
Semifinalis Korea Junior Open International Challenge 2019, Runner up Daihatsu
Astec Regional Junior U13,U15,U17 2019 – Yogyakarta, Runner up
Pembangunan Jaya Raya Junior Grand Prix 2019, Juara Djarum Sirnas Premier Jawa
Tengah Open 2019, Juara Daihatsu Astec Kalimantan Timur Open 2019.Keberhasilan
Mutiara dalam meraih sederet prestasi, kembali memberi harapan untuk kejayaan sektor tunggal putri
bulutangkis Indonesia. Berlatih dengan keras dan penuh kedisiplinan selalu
menjadi prinsip Mutiara dalam menggapai cita-cita menjadi seorang atlet bulutangkis profesional. Sejak bergabung dengan Klub PB Djarum, Mutiara telah menunjukan peningkatan signifikan dari segi
fisik, permainan dan mental di lapangan. Pemainyang
mengidolakan Liliyana Natsir ini dalam keseharian selalu mendapat respons positif dari rekan-rekan sesama atletPB Djarum. Karakter Mutiara yang
mandiri, kuat, dan pantang menyerah membuat rekan setim merasakan aura positif
dan terdorong untuk bisa meraih banyak prestasi seperti apa yang dilakukan
mutiara.
Kehadiran
Mutiara dalam proses regenerasi, pembinaan, dan pembibitan atlet
muda memberi bukti bahwa dengan proses rekrutmen, pelatihan, dan pembinaan yang
baik, seorang pemain yang memiliki bakat dan potensi juara akan mampu
menunjukan potensi terbaiknya. Sebagai anak yang tidak berasal dari kota besar,
keberhasilan Mutiara di usia yang masih belia menandakan bahwa bakat dan
potensi atlet bulutangkis memang tersebar ke berbagai pelosok daerah di
Indonesia.
Mutiara memang belum menunjukan prestasi gemilang di level senior. Namun
kehadirannya cukup memberiharapan bagi Indonesia untuk dapat mengembalikan kejayaan sektor tunggal putri di level Internasional. ***
#Melangkahmenujujuara
#BikinbanggaIndonesia
#LagiLagiJuara
No comments:
Post a Comment