Milo Si Gajah Terlatih |
Tentang gajah
Gajah Sumatera
merupakan sub-spesies dari Gajah Asia
(Elephas maximus) yang endemik di Pulau Sumatera. Salah satu tempat yang
masih terdapat banyak gajah ini berada di Way Kambas selain Aceh, Sumatera
Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Kondisi lahan yang kian
menyusut menyebabkan hewan yang hidup berkelompok ini pun masuk dalam Red list
IUCN dengan kategori kritis (critically endangered). Ada beberapa tipe gajah di Way Kambas ini,
ada gajah liar, gajah untuk atraksi, gajah untuk patrol. Gajah patroli
ditempatkan diperbatasan wilayah taman nasional, katanya ada di empat pos. Fungsi gajah ini digunakan oleh pawang gajah
untuk berkeliling kawasan untuk mengawasi para pembalak ataupun pemburu. Untuk
gajah liar, mereka sesekali melintas di hutan-hutan yang berada di kawasan
taman nasional, di kebun-kebun warga. Nah, untuk yang ada di PLG ini, yang
jumlahnya sekitar 40 ekor, mereka memang dilatih untuk atraksi dan mengangkut
pengunjung.
Layangan Raksasa di Festival Way Kambas |
Saat aku
berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas yang berlokasi di Labuhan Ratu, Lampung
Timur, Sumatera dan menjadi taman nasional tertua di Indonesia ini, bertepatan
dengan festival Way Kambas yang berlangsung antara tanggal 9-11 november 2019.
Festival ini menampilkan kegiatan seperti pertunjukan gajah, 10K Way Kambas
Marathon, jejak petualang, fun bike, sketsa Way Kambas, Moccaf Color Run,
pertunjukan tari tradisional Bedana, pertunjukan musik, Way Kambas Idol,
festival buah, parade sepeda motor antik dan festival kuliner. Jadi bisa
dibayangkan betapa ramainya TNWK saat itu.
Rahasia 1: Way Kambas bukan tempat wisata.
Sejarah TNWK |
Mengenal Gajah |
Taman Nasional
Way Kambas adalah sebuah kawasan konservasi yang terdapat di Provinsi Lampung.
Way Kambas yang merupakan kawasan hutan lindung telah tercatat sejak tahun
1924. Kemudian tahun 1936 diusulkan sebagai kawasan margasatwa oleh Mr.
Rookemaker yang merupakan Residen wilayah Lampung saat itu. Melalui keputusan
Gubernur Belanda tanggal 26 Januri 1937, kawasan Way Kambas resmi menjadi suaka
margasatwa dengan luas 130.000 ha. Pada tahun 1978, kawasan berganti menjadi
Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang merupakan hasil kebijakan Menteri
Pertanian. Nah, baru tahun 1982 resmi menjadi Taman Nasional Way Kambas (TNWK).
Selang lima tahun, tempat ini baru diresmikan dibawah pengelolaan Sub Balai
Konservasi Sumber Daya Alam. Taman Nasional Way Kambas berlokasi di Labuhan
Ratu, Lampung Timur, Sumatera. Menjadi taman nasional tertua di Indonesia, Way
Kambas berfungsi sebagai pusat perlindungan Gajah Sumatera (Elephas maxiumus
sumatranus). Berdiri tahun 1985, Way Kambas menjadi sekolah gajah pertama di
Indonesia dengan nama Pusat Latihan Gajah Way Kambas.
Saat kalian
berkunjung ke TNWK ini, jangan bayangkan ada banyak permainan atau komedi putar
ataupun panggung untuk pertunjukan gajah karena Taman Nasional Way Kambas bukan
tempat wisata. Fungsi utama dari tempat ini adalah untuk melindungi dan melatih
gajah jadi kalaupun ada pertunjukan atau tempat asyik untuk bercengkrama adalah
nilai tambah. Jangan pernah berfikir mengapa TNWK hanya seperti, karena
sebenarnya kalian akan menemukan lebih dari kalian bayangkan. Sejarah,
kehidupan gajah, interaksi pawang dan gajah, melihat kebiasaan dan cara hidup
gajah disana bahkan aku bisa lebih bersyukur setelah mengunjungi Taman Nasional
Way Kambas dan melihat mengetahui rahasia yang ada di alam.
Rumah Sakit Gajah |
Rahasia 2: Senja di kandang gajah
Matahari kian
turun ke batas horizon. Senja yang singkat ternyata menyimpan banyak misteri
dan makna, mulai dari keindahan yang dihasilkan hingga pengaruhnya sampai
tingkat sel yang terkadang tidak kita sadari. Spektrum cahaya yang dihasilkan
merupakan rentang frekuensi yang paling aman dan nyaman bagi mata untuk melihat
dalam keadaan telanjang. Gabungan semua proses tersebut yang membuat momen
senja menjadi unik dan terkadang mempengaruhi psikologis sang pengamat.
Way Kambas
menawarkan beberapa homestay, namun hari itu sudah full booked karena memang
bertepatan dengan festival way kambas yang diadakan satu tahun sekali.
Sebenarnya aku sudah membawa tenda sendiri untuk didirikan disana, namun tidak
mendapatkan izin karena hewan-hewan liar masih berkeliaran bebas disana,
padahal justru itu yang aku cari. Akhirnya aku mendapatkan homestay di luar
kawasan waykambas, dan tetap kekeh untuk menikmati senja di kandang gajah.
Tidak sia-sia, ternyata benar sunset yang indah ditemani banyak gajah, hamparan
bukit yang menguning dan aroma hutan. 39 detik yang tak pernah mengecewakan.
Rahasia 3: Just Different ability, not Disbility
Erin |
Apakah kalian
pernah mendengar berita Seekor gajah Sumatera ditemukan mati tanpa gading di
Kabupaten bengkalis, Riau? Atau pernah mendengar Gajah yang ditemukan dengan
keadaan kepala terpenggal dan tapa gading? Sungguh keserakahan manusia hanya
untuk selembar kertas.
Di Way Kambas
bahkan aku bisa melihat langsung penderitaan gajah yang disebabkan oleh ulah
manusia. Erin namanya, gajah berusia 4 tahun dengan kemampuan berbeda. Dia sama
dengan gajah-gajah lain yang hidup di tempat konsevasi ini, namun dia butuh
perjuangan ekstra ketika menikmati santapanya. Belalainya terputus karena jerat
pemburu, Erin masih beruntung karena ditemukan saat sedang sekarat, oleh para
pawang gajah yang sedang berpatroli. Erin pun dibawa ke rumah sakit gajah dan
dirawat hingga saat ini di Taman Nasional Way kambas.
Rahasia 4: Jangan hakimi, berikan saja solusi
Pawang-Vitamin-Gajah |
Tahun 2019
adalah masa sulit bagi para pawang gajah, bagaimana tidak saat mereka bersusah
payah untuk melatih bahkan merawat gajah-gajah, orang di luar sana yang
menamakan diri sebagai ‘pemerhati satwa’ terus membuat petisi dan kritik
tentang cara melatih gajah tanpa solusi. Ada alasan mengapa gajah-gajah ini
dirantai. Kekurangan SDM pawang adalah salah satu alasannya. Satu pawang bisa
membawa dua sampai empat gajah. Untuk memudahkan pergerakan, mereka lalu
dirantai beriringan. Namun begitu mereka sudah tiba di kandang masing-masing,
rantainya dilepaskan. Ini gajah, bukanya melatih kucing. Kalian saja pernah
dicakar kucing bukan? Bagaimana jadinya saat meltih gajah tanpa bantuan alat?
Gajah terlatih pun tetaplah seekor hewan dengan naluri hewanya.
Rahasia 5: Mengapa berteman dengan manusia?
Way Kambas
memiliki beberapa tipe ekosistem, yaitu hutan mangrove, pantai, rawa, dan
daratan rendah. Oleh karenanya, selain gajah, Way Kambas menjadi habitat dari
banyak fauna lainnya seperti Badak Sumatera, Harimau Sumatera, Babi Hutan,
Rusa, Tapir, Buaya Sepit, Bangau, Siamang, Beruk, Monyet ekor panjang dan masih
banyak lagi. Selain itu, banyak flora eksotik menghuni kawasan ini, yaitu
api-api, nipah, meranti, cemara laut, ramin, dan lain sebagainya. Hewan-hewan
tersebut hidup beriringan dengan manusia, berbagi alam. Tahukan kamu?
Saat seekor
gajah melahirkan, gajah-gajah lain dalam kelompoknya membentuk lingkaran
pelindung di sekitar induk gajah yang melahirkan tersebut untuk menjaganya saat
proses kelahiran berlangsung. Saat lahir, bayi gajah umumnya memiliki bobot
seberat 120 kilogram. Ketika lahir, ia dalam kondisi nyaris buta dan hanya
mengandalkan sepenuhnya pada belalainya untuk mengetahui dunia di sekitarnya.
Tapi saat dewasa, gajah terlatih dan gajah liar membentuk sekatnya sendiri.
Sekali gajah dirawat manusia dan menjadi sahabat manusia, gajah liar dalam
kelompoknya tidak akan menganggapnya lagi sebagai bagian dari kelompoknya.
Bagaimana caranya ke Way Kambas?
Bagian Luar Kapal Merak-Bakauheni |
Damri Bakauheuni-Pasar Tridatu |
1.
Tarif murah tapi lama
Dari
Bakauheni, lo bisa naik bus ke Rajabasa yang ada terus 24 jam dan harus tiba di
Rajabasa sebelum jam setengah 8 pagi. Tarif busnya 30ribu yang AC dengan waktu
tempuh 2,5 jam - 3 jam. Nah dari Terminal Rajabasa, mending naik ojek ke Pool
Damri, cuma goceng dan jaraknya lumayan jauh. Nah titik krusial nya tuh di
sini, kalian harus sudah di Pool Damri maksimal jam setengah 8 karena
jadwal Damri Rajabasa - Way Kambas hanya 1 kali sehari yaitu jam 8 pagi
dengan tarif 25ribu. Kalo uda naik Damri mah, kalian tinggal duduk manis
sambil menikmati perjalanan selama 3,5 jam atau kira-kira tiba di Way Kambas
tepatnya di Pusat Latihan Gajah jam setengah 12 siang. Dari Way Kambas,
jadwal kembali bus ke Rajabasa jam setengah 3 sore.
2.
Tarif agak mahal tapi cepet
Dari
Bakauheni, kalian bisa naik Damri tujuan Tulangbawang atau Unit 2 yang
berangkat dari Bakauheni jam 5 pagi, 7 pagi, dan 3 sore turun di Pasar
Tridatu dengan tarif 40ribu dan lama perjalanan 2,5 jam. Dari Pasar
Tridatu, kalian bisa meneruskan perjalanan langsung ke Way Kambas dan Pusat
Konservasi Gajah dengan ojek dan tarifnya sekitar 60-70ribu sekali jalan. Untuk
pulang, kalian bisa ikut Damri atau bisa juga dibantu oleh petugas sana sebagai
ojek dadakan mengantarkan kalian ke Pool Damri Way Jepara dengan tarif
negosiasi.
3.
Untuk pulang dari Way Kambas
kalian bisa
ikut jadwal Damri yaitu jam setengah 3 sore atau pakai ojek dari Way Kambas
menuju Pool Damri Way Jepara. Dari situ kalian tinggal pilih mau naik Damri
yang ke arah Bakauheni atau Metro. Kalau jadwal ke Bakauheni cuma ada jam 10
pagi, 5 sore, dan 7 malam. Kalau jadwal ke Metro gue kurang paham. Cuma kalo lo
emang rumahnya di Jakarta dan mau langsung pulang, gue saranin langsung naik
Damri Unit 2 - Bakauheni biar cepet dan gak muter-muter lewat Bandar Lampung.
4.
Untuk kendaraan pribadi
kalau tujuan
awal kalian ke Way Kambas, enaknya sih lewat Lintas Lampung Timur, lebih cepet
gak perlu lewat Rajabasa dan bisa menghemat 3-4 jam perjalanan dan ratusan
kilometer lho. Tapi, usahakan kalau jalan udah agak siangan atau habis subuh,
soalnya lintas pantai timur agak serem kata warga lokal kalau sudah malam.
No comments:
Post a Comment