Picture Source: Google |
Fenomena gunung es sangat cocok dikaitkan dengan kasus
pelecehan seksual yang terjadi saat ini. Data
Komnas Perempuan menunjukkan pada tahun 2014, tercatat 4.475 kasus kekerasan
seksual pada kaum Hawa, tahun 2015 tercatat 6.499 kasus dan tahun 2016 telah
terjadi 5.785 kasus. Ini adalah data dari para korban yang melapor, lalu berapa
banyak korban yang tidak melaporkan kasus pelecehan yang terjadi pada dirinya?
Tidak banyak yang berani angkat bicara. Pelecehan ini dapat
terjadi di manapun asal ada kesempatan, seperti jalanan, sekolah, atau tempat
kerja. Kenapa banyak korban yang tidak melapor?
Alasan pertama adalah karena adanya penyangkalan bahwa mereka
mengalami kasus pelecehan seksual. Banyak perempuan yang tidak menyadari kalau
hal-hal yang dia alami sebenarnya adalah pelecehan seksual. Alasan
kedua, takut akan konsekuensi. Banyak pelecehan seksual yang dilakukan oleh
rekan kerja atau bahkan atasannya. Takut dipecat, takut dijauhi
teman-teman atau diasingkan dari pergaulan. Alasan ketiga, korban takut orang
lain tidak percaya bahwa dirinya telah menjadi korban pelecehan seksual. Bahkan
lebih parah lagi, selain tidak dipercaya, sering kali korban pelecehan seksual
malah mengalami shaming atau dipermalukan. Banyak kasus saat korban
angkat bicara, tanggapan dari orang lain adalah negative, seperti “lebay
banget, cuma gitu aja, berlebihan banget, gak bisa diajak becanda” dan masih
banyak tanggapan negative lain. Hal ini menunjukkan masih banyak orang yang
malah mempermalukan dan menyepelekan kasus pelecehan seksual.
Alasan pertama lebih mudah kita kurangi karena berasal dari
diri kita sendiri dengan cara menambah pengetahuan. Jadi apa ajasih yang
termasuk pelecehan seksual?
Komentar seksual tentang tubuh Anda
Ajakan seksual
Sentuhan seksual
Grafiti seksual
Isyarat seksual
Lelucon kotor seksual
Menyebarkan rumor tentang aktivitas seksual orang lain
Menyentuh diri sendiri secara seksual di depan orang lain
Berbicara tentang kegiatan seksual sendiri di depan orang
lain
Menampilkan gambar, cerita, atau benda seksual
Adapun salah satu penyebab utama
semakin tingginya kasus-kasus kekerasan seksual adalah, semakin mudahnya akses
pornografi di dunia maya, dengan ribuan situs yang sengaja ditawarkan dan
disajikan kepada siapa saja dan di mana saja.
Jika kalian tidak suka dengan pembicaraan atau tindakan
seseorang yang sudah menjurus pada pelecehan seksual, katakan “TIDAK”,
bicaralah, jangan sampai pelaku merajalela karena kita hanya diam. Baru-baru
ini terdengar kasus serupa yang menimpa seorang reporter olahraga Vegas Sports
Daily, Jennifer Ravalo. Dia mendapat perlakuan tidak menyenangkan saat
mewawancarai petinju kelas berat asal Bulgaria, Kubrat Pulev. Di akhir
wawancara, Pulev mendadak meraih bibir Jennifer dan menciumnya sebelum berlalu
meninggalkan wawancara. Akhirnya reporter wanita ini mengambil jalur hukum
atas perbuatan petinju tersebut. Bagaimana tanggapan kamu?
Banyak orang meremehkan kasus ini, padahal berbagai macam
reaksi dapat mempengaruhi korban. Mulai dari depresi, disosiasi yang sering
digambarkan sebagai pengalaman “ruh keluar dari tubuh”, di mana seseorang
merasa tidak terikat dengan jasmaninya, merasa sekitarnya tampak tidak nyata,
tidak terlibat dengan lingkungan tempat ia berada seperti sedang menonton
kejadian tersebut di televise, gangguan makan, Hypoactive sexual desire
disorder (IDD/HSDD) atau kondisi medis yang menandakan hasrat seksual rendah.
Pelecehan seksual yang terjadi akan terus menjadi kejahatan
sunyi apabila tidak ada yang berani untuk angkat bicara. Keberanian untuk
angkat bicara pun menjadi tantangan tersendiri karena adanya tanggapan yang
malah akan menyakiti perasaan korban. Sebagai contoh, tanggapan bahwa wajar
saja kamu terkena pelecehan karena dirimu sendiri. Jangan sesekali menyalahkan
diri Anda sendiri atas masalah yang terjadi, karena ini bukan salah kamu.
Tempatkan kesalahan pada tempatnya, yaitu di orang yang telah melecehkan kamu.
Menyalahkan diri sendiri dapat menyebabkan depresi dan hal itu tidak akan membantu kamu dalam menghadapi
situasi.
Tindakan kecil untuk memberantas pelecehan seksual memang
memerlukan keberanian.
Jangan sampai para predator bertindak
semaunya tanpa mendapatkan sanksi yang membuat jera.
Kalau tidak bertindak
sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita yang bicara, siapa lagi?
No comments:
Post a Comment