Fashion, Travel and Social enthusiasms|

Fashion, Travel and Social enthusiasms|

Drama Dibalik Pemilihan Duta Bahasa Kepulauan Riau 2018



Aku, Si gadis bercelana kain batik
Tahun 2018 ini adalah kesempatan aku untuk mengikuti pemilihan Duta Bahasa Kepulauan Riau. Sebenarnya, aku pernah mengikuti seleksi yang sama pada tahun 2015 dan sudah lolos seleksi tahap 1, tetapi tidak bisa pergi mengikuti karantina selama 3 hari karena kendala pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan dan bertepatan dengan ujian akhir semester. Saat itu aku sudah mempersiapkan semuanya dan sangat excited dengan acara itu, lalu semuanya berubah saat aku tahu bahwa takdir berkata lain, belum rezekinya. Saat itu, aku sampai menangis karena tidak bisa ikut karantina. Ternyata, Allah selalu memiliki rencana yang lebih baik untuk umatnya, aku berkesempatan mengikuti pemilihan DuBas di tahun 2018 ini, meskipun melalui drama panjang dan perjuangan yang besar. Dengan alasan yang sama di tahun 2015, ya, lagi-lagi kendala pekerjaan. Sebelumnya mudah saja untuk meminta izin cuti di tempat kerja baru ini, tapi bertepatan dengan hari karantina itu ada pertemuan dan pelatihan dari pusat yang mewajibkan seluruh karyawan untuk hadir.H-2 karantina, belum ada keputusan bisa ikut karantina atau enggak, 2 jam sekali aku telepon atasan, sampe aku telepon atasanya atasan, benar-benar perjuangan demi ikut kegiatan ini. H-1 di malam hari, akhirnya dapat kabar gembira, cuti aku di acc dan aku bisa pergi karantina, karena pelatihan dari pusat di reschedule. Allah maha baik. Pada tanggal 27 Juli 2018, aku bersama seorang teman berangkat ke Tanjung Pinang, lokasi karantina akan diadakan selama 3 hari 2 malam.

Drama episode 1 ~ Perjalanan Batam-Tanjung Pinang
Perjalanan ini dipenuhi dengan drama, dimulai dari hari pertama. Seorang temanku berjanji untuk mengantarku dari Tiban menuju pelabuhan tanjung Punggur, jaraknya memang cukup jauh dari rumahku, bisa memakan waktu sekitar 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Mengingat barang bawaan yang cukup banyak, 1 koper sedang dan 1 tas selempang yang isinya baju untuk 3 hari,memang lebih nyaman jika menggunakan mobil. Maklum saja, barang bawaan wanita agak ribet dibandingkan barang bawaan laki-laki, untuk kegiatan 3 hari itu aku membawa 3 pasang sepatu yang terdiri dari 1 pasang sepatu hak tinggi untuk acara formal, sepatu santai, dan sepatu olahraga. Aku juga membawa cukup banyak baju, 3 pasang baju formal, 2 pasang baju tidur, 1 pasang baju olahraga dan 2 pasang baju cadangan, ditambah lagi kosmetik dan berbagai  accessories wanita yang wajib dibawa. Bisa bayangkan gimana ribetnya,aku menyiapkan semua perlengkapan di malam keberangkatan, tapi semua dilalui dengan lancar. Akhirnya, aku diantar temanku ke pelabuhan pada pukul 9 pagi, karena memang sudah berjanji bertemu di pelabuhan dengan temanku yang akan pergi karantina juga. Pukul 10:00 WIB, temanku belum juga sampai, akhirnya aku memutuskan membeli tiket karena takut terlambat registrasi. Tiket Batam-Tanjung pinang dapat dibeli di counter resmi pelabuhan Punggur lantai 2, seharga Rp110.000,- untuk pulang pergi dan membayar uang administrasi Rp10.000 untuk­ sekali check in. Saya memilih kapal MV Oceanna pada pukul 11:00, keberangkatan setiap 15 menit. 10 menit sebelum keberangkatan, temanku baru sampai pelabuhan dan kami terburu-buru menuju kapal perry. Sampai di kapal perry, aku langsung mengisi daya gawai alias ponsel dan aku letakan di atas meja. Gelombang saat itu memang sedang besar, dan tiba-tiba ‘prakkkkk’ gawaiku terjatuh, beruntung tidak rusak tetapi chargerku patah. Setelah menikmati goyangan gelombang di atas kapal selama kurang lebih 90 menit akhirnya kami tiba di pelabuhan Tanjung Pinang.
Siap untuk berkompetisi
Pelabuhan Sri Bintan Pura

Drama episode 2 ~ OjOl yang Tertukar
Setibanya kami di Pelabuhan Tanjung Pinang, kami harus memesan ojek online untuk menuju ke hotel. Setelah sampai hotel, kami baru terpikir jika hotel memberikan fasilitas antar jemput. Jadikan sebuah pelajaran. Lanjut cerita, kami sudah dapat OjOl nya nih dan berjalan keluar pelabuhan, sesampainya diluar kami melihat seorang Ojol yang sedang duduk dan Ojol lain yang sedang menunggu penumpang, langsung lah kami mendekati OjOl yang sedang menunggu penumpang itu dan saya langsung bertanya “yang ke hotel comforta ya pak?” dan sang bapak OjOl menjawab iya, karena buru-buru saya langsung naik dan sang OjOl tancap gas. Temanku bersama OjOl lain, dan kami berjalan beriringan menuju hotel. Setengah perjalanan, saat aku dan Bapak OjOl sedang berbincang-bincang, ada telepon masuk dan bapak OjOl langsung berhenti dan memberikan klakson untuk meminta teman di depanku berhenti juga, saat mengangkat telepon, bapak OjOl langsung berteriak “astaga, tunggu sebentar”, aku kaget dan bertanya ada apa, dan ternyata aku salah naik Ojol. Astaga. Kami langsung putar balik dan kembali ke pelabuhan, sesampai di pelabuhan aku semakin terkejut, ternyata penumpang sebenarnya adalah seorang laki-laki, tepuk jidat lagi. Di sisi lain “My Real OjOl” sudah menunggu, aku langsung naik dan bapak OjOl ini langsung bertanya sambil tertawa kenapa mbaknya bisa salah naik ojek, kami tertawa sepanjang perjalanan. Sebuah pelajaran lagi. Sekitar 15 menit kami sampai di hotel Comforta Tanjung Pinang.


Bersama 'real' bapak OjOl


Mas yang berbaju putih itu yang OjOl nya terkukar dengan OjOl ku 

3 hari yang Melelahkan namun berkesan
Sesampainya di hotel, kami melakukan registrasi dan daftar ulang. Kami berkenalan dengan 28 peserta lainya dari berbagai daerah di Kepulauan Riau. Karantina hari pertama dimulai dengan sambutan dari  Kepala Kantor Bahasa Kepulauan Riau, Ibu Zuryetti Muzar dilanjutkan dengan materi Kebijakan Bahasa dan Peran Duta Bahasa. Selama 2 hari karantina seluruh peserta menampilkan kemampuan terbaiknya karena masuk dalam penilaian. Selama karantina, kami benar-benar lupa dengan gawai dan focus dengan materi yang disampaikan. Apalagi aku tidak punya pengisi daya gawai, setelah tragedi diatas kapal itu, tapi untungnya ada peserta lain yang dengan senang hati meminjamkan chargernya untuku. Setiap hari selama karantina kami sudah harus berkumpul di lapangan pada pukul 05:00 WIB untuk olahraga, kembali ke kamar masing-masing hanya untuk mandi lalu lanjut pemberian materi dan tes Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia, pemberian materi lagi, hingga pukul 00:00 WIB. Di sini, aku benar-benar merasakan persaingan yang sehat antar peserta. Tantanganya bukan hanya waktu yang padat untuk pemberian materi atau tes, tetapi para wanita harus tetap terlihat cantik dengan wajah segar dan sepatu hak tinggi. Acara puncak diselenggarakan pada tanggal 29 Juli 2018 di mal TCC, Tanjung Pinang dan seluruh peserta diwajibkan memakai baju melayu. Setelah melalui 2 hari karantina, bersama orang-orang hebat di sana, hari yangditunggu-tunggu pun datang. Pada acara puncak, seluruh peserta melakukan parade dan perkenalan berpasangan, dilanjutkan penjurian dan pengumuman 10 besar. 5 besar pasangan tersebut dilakukanpenjurian lagi dengan diberikan pertanyaan tentang wawasan bahasa Indonesia, kedaerahan, kemampuan bahasa asing dan unjuk bakat. Seluruh peserta yang masuk 10 besar, sangat baik dalam menjawab pertanyaan para juri sehingga para juri pun meminta tambahan waktu untuk menentukan pemenang. Pengumuman dilakukan pada pukul 17:00 WIB, pemenang pertama wanita dimenangkan oleh peserta asal Tanjung Balai Karimun dan pemenang pertama pria adalah peserta asal Anambas, dan keduanya akan menjadi wakil Kepulauan Riau di ajang nasional Agustus ini. Selain itu, 14 pasang peserta lainya dinobatkan menjadi Duta Bahasa Kepulauan Riau 2018.

Pemberian materi sikap, kepribadian dan penampilan


Parade
Seluruh Peserta Bersama Ketua Ika DuBas



Suasana Ruangan Karantina
Saling membantu saat berhias


Suasana Pemberian materi

Persiapan tampil di acara puncak


Bersama para peserta


Penuh dengan materi kebangsaan
Kudapan

Menemukan Keluarga Baru
15 pasang pemuda pemudi yang siap memajukan Indonesia dan membangun Indonesia yang lebih baik. Kami di sini bersaing secara sehat, tetap membantu dan berbagi. Aku berbagi kamar dengan seorang mahasiswa dari tanjung pinang, hari pertama kami masih malu-malu namun seiring berjalanya waktu kami menjadi akrab dan sering bercerita hingga larut malam. Aku tergolong wanita yang tidak suka dan belum pandai untuk berdandan, dan teman-teman lain justru mengajarkan aku untuk merias diri. Saat malam terakhir kebersamaan, kami memutuskan untuk makan di luar dan saling bercerita. 30 orang dengan karakter berbeda, latar belakang berbeda, daerah yang dipisahkan lautan, lalu dipertemukan dengan tujuan yang sama. Inilah kami Duta Bahasa Kepulauan Riau 2018.

Suasana di dalam kamar


Selalu dipenuhi dengan kudapan dan makanan berat


Hari pertama bersama room mate


Tetap eksis bersama my room mate


Malam terakhir kami bersama


Latihan sebelum tampil bersama tim puisi

Kompetisi Rasa Liburan
Sudah jauh-jauh menyebrang pulau, tidak lengkap rasanya jika tidak berjalan-jalan dan menikmati kuliner di Tanjung Pinang. Aku menikmati berbagai fasilitas yang ada di hotel, selain pelayananya yang ramah, suasana yang diciptakan di sana sangat nyaman dan banyak tumbuhan hijau. Pada tanggal 29 malam, aku bersama beberapa teman memutuskan untuk menginap 1 malam lagi di hotel yang sama. Aku langsung menelpon temanku yang berdomisili di Tanjung Pinang, dan dia menjemputku lalu kami langsung tancap gas. Dimulai dengan mencicipi kuliner ayam geprek yang rasanya pedas mampus dan enak banget. Lanjut mencicipi sate taican yang terkenal di Rimba, sebuah foodcourt yang menyediakan berbagai macam jajanan, di sana kami membeli berbagai macam makanan dan minuman. Rasanya perutku penuh sekali malam itu. Kami berjalan-jalan mengelilingi kota Tanjung Pinang yang tenang di malam hari sambil bernostalgia di atas motor, maklum kami jarang bertemu setelah menyelesaikan tugas akhir kami di kampus tercinta. Jam sudah menunjukan pukul 00:00 WIB dan kami memutuskan untuk pulang dan beristirahat karena esok hari aku harus langsung pulang dan bekerja. Di perjalanan, kami merasa tidak enak dan benar saja ternyata ban motor kami bocor. Untung saja masih ada tempat tambal ban motor yang masih buka di tengah malam. Sepertinya itu drama penutup perjalananku di Tanjung Pinang, sangat berkesan dan selalu membuat rindu.




Berenang sambil minum es jeruk di sini


Relax
Menikmati liburan




Menikmati salah satu fasilitas hotel


Ban bocor saat tengah malam


Kerinduan teman-teman di Tanjung Pinang


Kulineran yang enak


Teman kampus yang baru bertemu kembali


Segelas kopi sebelum ujian UKBI


Suasana di dalam kamar 


Liburan


Enjoy


Suasana malam hari di depan kamar


Suasana malam hari di depan kamar
I enjoy my life.

Salam Literasi dari kami semua, Duta Bahasa Kepulauan Riau 2018




Devina Wistiasari Jasmine

No comments:

Post a Comment

Instagram