Berawal dari sebuah komentar di foto, kami
merealisasikan sebuah wacana.
|
Aku bersama para 'BodyGuard' |
Singapura, destinasi yang banyak dipilih oleh warga
batam untuk menghabiskan masa liburan atau untuk sekedar berbelanja. Begitupun
dengan aku dan teman-temanku yang akhirnya memutuskan untuk pergi ke Singapura,
dan semua diputuskan H-1 keberangkatan. Banyak cerita yang kami buat, lebih
tepatnya disebut tragedi.
Aku bersama 3 orang temanku sudah sepakat untuk
berlibur ke Singapura, dan H-1 keberangkatan kami tidak tahu kemana destinasi
yang dituju bahkan apa faedah kami berangkatpun masih belum kami ketahui. Tidak
hanya itu, 1 orang temanku membatalkan keberangkatan karena acara keluarga.
Bahkan di H-1 kami baru membeli tiket kapal ferry ‘Majestic’ dengan
hargaRp280.000/pulang-pergi dan aku masih bekerja hingga pukul 00:00 WIB. Jarak
tempuh Batam-Singapura kurang lebih 1 jam dengan menggunakan kapal ferry, jadi
warga Batam memang sangat mudah untuk berlibur ke ‘luar negeri’, bahkan kami
bisa sarapan di Indonesia, makan siang di Singapura dan makan malam di Malaysia
di hari yang sama. Malam, sebelum keberangkatan, kami masih berdebat akan pergi
pada pukul berapa dan memilih pelabuhan mana. Akhirnya aku, satu-satunya wanita
di kelompok ini, memutuskan berangkat dari pelabuhan Sekupang, karena dekat
dari rumahku pada pukul 6, keberangkatan ferry pertama di hari itu. Rumahku memiliki
jarak yang dekat dengan pelabuhan sekupang, hanya 10 menit saja, sedangkan 3
orang temanku harus menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam dari rumah menuju
pelabuhan, bayangin pagi-pagi, dingin, belum sarapan,mereka harus menempuh
perjalanan yang cukup jauh, bahkan sholat subuh di masjid pelabuhan karena kami harus tiba 30 menit sebelum keberangkatan.
Ceritapun dimulai,
Pukul 05:30 WIB, aku dan 2 orang temanku sudah
tiba di pelabuhan, menunggu seorang teman lagi. 10 menit sebelum keberangkatan,
seorang temanku belum menampakan batang hidungnya, kami bertigapun sudah
khawatir, lalu menitipkan tiket milik seorang temanku yang belum datang di
bagian ticketing, dan jika 5 menit sebelum keberangkatan dia belum datang, kami
terpaksa harus meninggalkanya. Tepat 5 menit sebelum keberangkatan dia muncul menuruni
escalator sambil tertawa dan temanku
yang lain memaki-maki karena geregetan melihat tingkahnya yang selalu datang
terlambat saat acara. Kebiasaan yang memang sulit diubah. Setelah menempuh
perjalanan kurang lebih 1 jam, kami tiba di pelabuhan Harbourfront Singapura
dan dengan mudah melewati pengecekan di bagian imigrasi. Kami langsung menuju stasion
MRT dan membeli Ez-link card seharga
S$120 dan berlaku selama 5 tahun, kita bisa menggunakanya lagi dengan cara top up.
Kami pun mulai menyusun rencana, kemana saja tempat yang akan kami tuju dan
mulai perjalanan.
|
Selfie perdana di MRT Station |
Tempat pertama yang kami tuju adalah Merlion
Park, tempat yang harus wajib disinggahi jika berkunjung ke Singapura, karena
disana kita bisa berfoto dengan ikon Negara Singapura. Sebelumnya kami
menyempatkan untuk mencicipi ‘es potong uncle’ yang lezat, kami membeli
beberapa es potong rasa durian dan 1 es rasa mangga, karena satu temanku takut
bau khas durian itu akan menempel di mulut dan pada akhirnya temanku menyesal
kenapa tidak membeli rasa durian.
|
SG in 2018 |
|
Bersama uncle yang menjual es potong rasa kasih sayang |
Kami mendominasi perjalanan kami dengan MRT
dan berjalan kaki. Salah satu keuntungan travelling bersama para lelaki adalah
tidak ada keluhan capek dan bermanja-manja.
Selain itu kamu juga merasa terlindungi karena saat berjalan dilindungi
oleh 3 ‘BodyGuard’.
|
Map di setiap stasiun MRT, Jadi tidak perlu khawatir akan tersesat |
|
Cavenagh Bridge |
|
Victoria Theater and Victoria Concert Hall |
|
Cerita lucu dibalik foto ini adalah..... |
Aku bersama para BodyGuard melanjutkan perjalanan ke
Garden by the bay, taman unik yang berada di sekitar Marina bay. Seperti
layaknya taman, Garden by the bay mempunyai banyak pohon dan tumbuhan, yang
uniknya disana, kalian bisa menemukan beberapa pohon raksasa buatan yang
terbuat dari baja dan berfungsi untuk menampung air hujan dan menampung energi
matahari. Untuk berkeliling di tempat ini tidak dikenakan biaya, tapi jika
ingin menaiki jembatan yang menghubungkan pohon raksasa kalian bisa membeli
tiket seharga S$ 8, Selain itu juga, di area ini ada Forest Cloud dan Flower Dome,
yang merupakan tempat konservatori tanaman dan bunga dengan harga tiket sebesar
S$ 45.
|
Suasana di Garden by the Bay malam hari |
|
Indah dari segala sisi |
|
We enjoy our trip |
Lalu kami melanjutkan perjalanan ke Little India, pusatnya komunitas
India di Singapura. Kami mulai merasa lapar dan mencari kedai makanan untuk
menyantap makan siang, setengah jam juga kami berjalan dan belum menemukan
tempat yang cocok dan akhirnya karena sudah sangat lapar kami singgah di rumah
makan yang tidak jauh dari Masjid Abdul Gaffoor. Harga di kedai ini lebih
bersahabat, banyak menu makanan mulai dari nasi goreng, nasi biryani, nasi
campur, mie goreng dan berbagai minuman, hanya dengan menyisihkan uang S$ 5-7,
kamu akan kekenyangan.
|
Bangunan di Little India |
|
We enjoy our trip |
Selesai menyantap makanan, kami sholat di Masjid Abdul
Gaffoor, yaitu masjid yang unik di tengah pemukiman Little India, di Dunlop
Street, salah satu masjid bersejarah di Singapura. Melanjutkan perjalanan
dengan berjalan kaki sambil tertawa dan berebut air dingin, yang sebenarnya
para lelaki itu iri karena aku mendapatkan air dingin sedangkan mereka tidak,
cara kami untuk menikmati liburan ini.
|
Tempat wudhu wanita di Masjid Abdul Gaffoor |
|
Masjid Abdul Gaffoor |
|
Map yang kami gunakan saat tersesat menuju Little India |
Kami tiba di Arab Street, tempat yang kental
dengan budaya timur tengah dan tempat mengambil foto kekinian. Biasanya
wisatawan datang ke tempat ini untuk mencari suasananya bukan untuk berbelanja.
Perjalanan berlanjut, Masjid Sultan, bangunan bersejarah yang terletak di kampong
Glam. Masjid pertama di Singapura. Wajah mulai berantakan dan kaki enggan
melangkah, tapi kami tetap melanjutkan perjalan untuk menemukan Joo Chiat,
tempat OOTD untuk berfoto juga. (Akan aku ceritakan di next story “Finding Joo Chiat”).
|
Baju yang basah karena mandi air dingin |
|
Masjid Sultan |
|
Unique Corner di Masjid Sultan, kita dapat mendengarkan adzan melalui Earphone |
|
Haji Lane atau Arab Street |
|
Spot kekinian di Arab Street |
Perjalanan diakhiri dengan gerimis di Sentosa
Island, dan kami hanya punya waktu 1 jam sebelum kapal ferry terakhir melaju ke
Batam di hari itu. Dengan menaiki monorail menuju Sentosa Island, berfoto
selama 5 menit di depan Universal Studio Singapura lalu mengantri ditemani
gemericik hujan untuk mengejar kapal ferry terakhir, semuanya begitu cepat dan
terasa singkat.
|
Senyuman di akhir perjalanan kali ini |
|
Universal Studio Singapore |
|
Antrian di Sentosa island |
Liburan pun berakhir, dan siap untuk perjalan selanjutnya, tapi
sebelumnya harus mengumpulkan remahan rengginang dulu untuk perjalanan yang
lebih jauh yang akan aku dan para ‘BodyGuard’
tempuh.
I enjoy my life.
Mungkin judulnya akan beda kalau kita jalan berdua haha
ReplyDeletehahahhaha
DeleteMantaps sist
ReplyDeletemantap jiwa
Delete